Strategi Efektif dalam Pengembangan Produk Baru
Pengembangan Produk Baru
Pengembangan produk merupakan proses inovatif untuk menciptakan sebuah produk yang bernilai tambah atau berdaya guna bagi penggunanya.Produk merupakan barang, jasa atau pengetahuan yang dijual ke konsumen. Proses pengembangan produk merupakan aktifitas yang dibutuhkan untuk mewujudkan konsep menjadi sebuah produk yang siap dipasarkan. Aktivitas teknis dalam pengembangan produk untuk memenuhi bussiness case dan visi pemasaran disebut juga sebagai proses desain.
Tahapan pengembangan produk meliputi perancangan, menentukan konsep desain, melakukan detailing desain hingga pra produksi. Tahapan ini sangat krusial karena 70% biaya produk akhir ditentukan dalam tahap ini.

Gambar 1. Daur-hidup produk
Evolusi Pengembangan Produk
Mengembangkan produk biasanya dimulai dari sebuah konsep atau rancangan oleh designer. Selain melakukan perancangan, designer juga dapat bertindak sebagai pembuat produk. Metode ini sering disebut sebagai craftmanship. Kelebihan jika suatu produk dirancang dan sekaligus dibuat oleh designernya lansung adalah produk yang dihasilkan menjadi sangat unik.
Craftmanship hanya cocok jika kita membuat produk yang terbatas. Buatannya tidak cocok untuk produksi massal. Hal ini karena membutuhkan skill yang tinggi. Waktu pengerjaan yang lama dan produktivitasnya tentu saja rendah.

Gambar 2 “Evolusi” Pengembangan Produk
Jika ingin memproduksi produk secara massal maka perlu dilakukan pendekatan yang berbeda. Rancangan yang dibuat oleh designer harus diserahkan ke manufaktur untuk diproduksi massal. Terkadang desainer mengembangkan produk baru tanpa masukan dari manufaktur, dan kemudian menyerahkan desain yang belum tentu dapat dipabrikasi ke manufaktur. Hal ini tentu saja mengharuskan manufaktur untuk mengembangkan proses untuk membuat produk baru.
Pendekatan “over-the-wall” ini menciptakan tantangan luar biasa untuk manufaktur. Hal ini menghasilkan banyak konflik. Pendekatan ini juga sangat meningkatkan waktu yang dibutuhkan untuk berhasil mengembangkan dan memproduksi produk baru.

Gambar 3 Pendekatan over-the-wall dalam pengembangan produk
Untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat pendekatan “over-the-wall”, manufacture dan stackeholder terkait dengan pengembangan produk perlu dilibatkan. Ini harus dilakukan mulai dari tahap perencanaan.
Pendekatan pada pengembangan produk dimana cross-functional team bekerja bersama-sama sejak tahap requirement hingga produksi disebut juga sebagai concurrent engineering. Dengan melibatkan manufactur dari awal maka aspek kemudahan manufactur dan perakitan dapat dipertimbangan sejak fase desain.

Gambar 4. Concurrent Engineering
Kesuksesan Pengembangan Produk
Kesuksekan dari pengembangan produk sangat ditentukan oleh tiga hal. Yang pertama adalah kualitas dari produk yang dihasilkan. Kedua adalah biaya, baik biaya yang dibutuhkan dalam pengembangan produk dan harga dari produk. Yang ketiga adalah time-to-market atau seberapa cepat produk bisa dipasarkan.
Kecepatan produk sampai ke pasar sangat dipengaruhi oleh seberapa mampu team mengembangkan produk dan seberapa cepat pengembangan produk bisa diselesaikan. Efektifitas dalam pengembangan produk akan mempengaruhi besar kecilnya biaya pengembangan. Biaya yang harus ditanggung perusahan pada akhirnya akan mempengaruhi harga akhir dari sebuah produk. Kualitas dari produk sangat dipengaruhi oleh kemampuan team. Team harus mengembangkan produk yang efektif dan ekonomis. Produk juga harus mampu memenuhi atau memuaskan kebutuhan dari pengguna produk.

Gambar 5. Kualitas, waktu dan biaya mempengaruhi kesuksesan dalam pengembangan produk
Dimensi Kualitas Produk
Produk dikatakan berkualitas jika dapat memenuhi/memuaskan kebutuhan dari penggunanya. Agar dapat memenuhi harapan pengguna, sebuah produk harus:
- Berkinerja baik sesuai dengan karakteristik utama produk;
- memiliki fitur yang cukup sesuai dengan kebutuhan pengguna;
- Handal, mampu bekerja secara memuaskan pada waktu dan kondisi yang ditetapkan;
- Sesuai dengan standard (conformance);
- Memiliki ketahanan yang baik;
- Mudah pelayanan purna jual;
- Memiliki tampilan yang baik;
- Memiliki kesan kualitas yang dapat dirasakan oleh pengguna sehingga dapat mempengaruhi keputusan pengguna untuk membeli/mengunakan produk.

Gambar 6. Dimensi Kualitas Produk
Keekonomian Produk
Nilai keekonomian sebuah produk ditentukan oleh keseimbangan antara biaya produk dan harga atau value/nilai dari produk. Biaya produk merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membuat suatu produk yang meliputi biaya pengembangan produk (NRE, Non-Recurring Engineering Cost). Biaya lain termasuk biaya material dan biaya tenaga kerja, baik direct maupun indirect. Selain itu, terdapat juga Manufacture overhead dan profit.
Porsi biaya pengembangan produk adalah 4 sampai dengan 5 % dari total biaya produk. Sedangkan biaya tenaga kerja, overhead dan material secara beruturut berkontribusi terhadap biaya produk sebesar 15% , 30% dan 50 %.

Gambar 7. Nilai keekonomian sebuat produk ditentukan oleh keseimbangan antara biaya dan harga produk
Meskipun biaya pengembangan hanya 5 % namun akan sangat mempengaruhi biaya produk secara keselurhan (sekitar 70%). Kenapa demikian? karena pada tahap pengembanganlah jenis material yang digunakan dan proses yang menyertainya ditentukan. Desain yang efektif akan menghasilkan produk yang berkualitas dan proses pembuatan yang efisien.
Tahapan Pengembangan Produk
Inovasi merupakan hal yang mutlak jika ingin produk kita diterima di pasar. Inovasi produk merupakan proses yang berkelanjutan untuk menghasilkan produk yang unggul dan mampu bersaing dipasaran. Selain itu inovasi produk harus mampu menyelesaikan permasalahan yang ada sehingga produk yang dibuat dapat terus diterima pelanggan. Pengembangan produk biasanya dilakukan dalam enam tahapan dimana review dilakukan untuk setiap tahapan/fase.

Gambar 8. Tahapan pengembangan produk
Konsep Desain
Fase awal dalam pembuatan produk adalah mencari ide-ide. Konsep baru mengenai sebuah produk juga dicari. Oleh karena itu, fase ini disebut sebagai fase pembuatan ide. Konsep desain pada umumnya dibuat dengan terlebih dulu mengetahui kebutuhan pengguna terhadap produk yang akan dikembangan. Pada fase ini dilakukan studi kelayakan dengan melakukan riset pasar maupun riset produk. kebutuhan target pasar atau pengguna terhadap produk yang akan dikembangkan diidentifikasi.
Benchmark terhadap produk serupa yang sudah ada di pasaran juga perlu dilakukan. Hal ini dilakukan sehingga diperoleh konsep produk alternatif. Konsep ini nantinya akan dipilih untuk pengembangan dan pengujian lebih lanjut.
Selain itu juga perlu dilakukan perencanaan awal proyek pengembangan sebuah produk sehingga nilai keekonomian sebuah proyek dapat dijustifikasi. Fase konsep desain menjadi sangat penting karena meletakkan dasar untuk semua fase berikutnya. Ide-ide dan konsep yang dihasilkan akan memandu proses pengembangan produk secara keseluruhan.
Perencanaan Desain
Keluaran dari fase pertama adalah spesifikasi awal dari produk yang dikembangkan sebagai masukan desain. Spesifikasi awal ini kemudian didetailkan dengan membuat beberapa alternatif konsep desain yang akan dikembangkan. Alternatif-alternatif desain tersebut kemudian direview dan dipilih satu konsep desain yang akan dikembangkan menjadi produk. Persyaratan pengguna (user requirement) harus menjadi acuan pada tahap perencanaan deseain. Designer harus memastikan bahwa konsep yang ada dapat dibuat dan dikembangkan lebih lanjut.
Pada tahap ini dilakukan desain tingkat sistem yang meliputi arstitektur produk, sistem utama , subsistem dan komponen-komponen produk. Keluaran dari fase perancangan produk adalah layout produk, spesifikasi fungsional dari masing-masing subsistem dan diagram alir produk. Selain itu juga dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi biaya, pendapatan, dan keuntungan yang timbul dari produk. Analisis SWOT biasanya digunakan mengidentifikasi kekuatan, peluang kelemahan dan ancaman yang ada di pasar. Perusahaan juga menetapkan strategi pasar untuk mengidentifikasi kelompok sasaran produk untuk mengetahui segmentasi pasar. Hal ini sangat penting karena dengan mengetahui segmentasi pasar memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi ceruk pasarnya.
Pengembangan Desain
Konsep yang sudah dipilih kemudian dikembangkan lebih lanjut pada fase ke ketiga, pengembangan desain. Pada fase ini konsep desain didetailkan kembali menjadi desain produk dan terkadang dilakukan pembuatan mockup. Pada tahap inilah perlu diperhatikan bagaimana produk akan di manufacture dan di assembly. Keluaran dari fase ke-tiga adalah desain drawing atau gambar kerja yang akan digunakan pada tahapan selanjutnya.
Verifikasi Desain
Fase keempat ini disebut juga fase verifikasi desain. Pada fase ini tim pengembangan produk melakukan konfirmasi dengan memeriksa dan memberikan bukti bahwa keluaran desain memenuhi spesifikasi masukan desain. Hal ini untuk memastikan produk yang dirancang sama dengan penggunaan yang dimaksudkan. Pada tahap ini dilakukan pembuatan prototype dari desain yang sudah ada.
Prototipe adalah model produk yang memiliki sebagian besar fungsi yang nantinya ada pada sebuah produk. Prototipe digunakan sebagai bukti konsep. Konsep ini akan dievaluasi untuk mengetahui bagaimana produk bekerja. Prototipe juga membantu dalam memahami interaksi dengan pengguna serta mengetahui potensi risiko yang mungkin muncul.
Hal pertama yang harus dilakukan dalam verifikasi desain adalah mengidentifikasi pendekatan terbaik untuk melakukan verifikasi. Tim pengembang menentukan apa yang akan diukur. Mereka juga menentukan bagaimana cara mengukurnya. Semua ini dipertimbangkan dengan melihat sumber daya, tenaga kerja, dan alat yang diperlukan agar verifikasi berhasil. Kegiatan verifikasi desain harus direncanakan dan diperiksa secara rutin dan hasilnya harus didokumentasikan.
Validasi Desain
Setelah produk diverifikasi maka tahap selanjutnya adalah validasi desain. Validasi desain dilakukan melalui pemeriksaan dan bukti objektif. Tim pengambang harus mengkonfirmasi bahwa keluaran desain akhir secara konsisten memenuhi penggunaan yang dimaksud. Karena verifikasi desain dilakukan ketika pekerjaan desain sedang dilakukan, validasi desain mengkonfirmasi bahwa perangkat memenuhi tujuan penggunaannya.
Transfer Desain
Transfer desain dilakukan setelah kelima tahap pengembangan produk selesai. Keluaran dari pengembangan produk yang harus diserahkan ke produksi umumnya meliputi prototipe produk dan buku panduan. Keluaran lainnya adalah gambar teknik. Ada juga spesifikasi produk dan hasil pengujian.
Proses tranfer desain memastikan desain produk yang dibuat dapat diterjemahkan dengan benar ke dalam spesifikasi produksi. Dengan begitu, dapat dilakukan proses produksi yang benar. Jika ada perubahan desain setelah transfer desain, maka perubahan tersebut harus diidentifikasi dan didokumentasikan. Perubahan itu juga harus divalidasi dan diverifikasi. Setelah itu, perubahan perlu ditinjau dan disetujui sebelum diimplementasikan ke produksi.
Optimasi Pengembangan Produk
Pengembangan produk baru adalah proses yang kompleks dan membutuhkan banyak waktu, tenaga, dan biaya. Oleh karena itu, penting untuk mengoptimalkan proses ini agar dapat menghasilkan produk yang sukses. Optimasi dalam konteks pengembangan produk baru mencakup berbagai aspek. Aspek ini dirancang untuk memaksimalkan efisiensi. Mereka juga meningkatkan kualitas dan dampak positif produk terhadap keberlanjutan bisnis. Berikut adalah alasan mengapa optimasi dalam pengembangan produk baru sangat penting:
- Efisiensi Biaya: Optimasi memungkinkan perusahaan mengidentifikasi area-area di mana pengeluaran dapat ditekan. Ini mencakup pengurangan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya pengembangan, biaya produksi dan biaya operasional terkait produk.
- Time to Market yang Lebih Cepat: Dengan mengoptimalkan proses pengembangan produk, perusahaan dapat mempercepat waktu untuk membawa produk ke pasar. Proses ini mengurangi waktu yang dibutuhkan. Ini penting karena dapat meningkatkan daya saing di pasar yang berubah dengan cepat.
- Kualitas Produk yang Lebih Baik: Optimasi melibatkan pengujian dan perbaikan berkelanjutan terhadap produk. Hal ini dapat meningkatkan kualitas produk, memperbaiki performa, dan mengurangi cacat.
- Dukungan Keberlanjutan: Dalam usaha untuk mencapai tujuan keberlanjutan, optimasi memungkinkan perusahaan untuk merancang produk dengan dampak lingkungan yang lebih rendah. Perusahaan dapat menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan dan mengurangi limbah.
- Pertumbuhan Bisnis: Dengan memaksimalkan efisiensi dan kualitas, perusahaan dapat meningkatkan pangsa pasar dan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi. Ini membantu dalam pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.
Salah satu pendekatan yang dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas produk adalah Design for Manufacturability and Assembly (DFMA).
Apa itu DFMA?
DFMA merupakah suatu metode yang sistematis. Metode ini digunakan dalam proses desain produk untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan dapat diproduksi dan dirakit secara efisien. Prinsip-prinsip DFMA fokus pada pengurangan kompleksitas desain, biaya produksi, waktu produksi, dan peningkatan keandalan produk. Salah satu tujuan utama dari DFMA adalah mengintegrasikan perspektif manufaktur dan perakitan ke dalam tahap awal pengembangan produk. Berikut adalah keterkaitan antara pengembangan produk baru dengan DFMA:
- Efisiensi Produksi: Sebagian besar biaya akhir produk ditentukan selama tahap pengembangan. DFMA membantu mengidentifikasi dan mengeliminasi potensi masalah manufaktur dan perakitan yang dapat meningkatkan biaya produksi. Dengan menerapkan prinsip DFMA sejak awal dalam proses pengembangan produk, perusahaan dapat menghemat waktu dan biaya produksi.
- Perbaikan Desain Produk: DFMA mendorong perancangan produk dengan komponen yang lebih sederhana dan mudah diproduksi serta dirakit. Ini membantu mengurangi kompleksitas desain dan meningkatkan keandalan produk. Dalam hal ini desain yang efisien dan mudah diproduksi adalah kunci.
- Peningkatan Kolaborasi Tim: DFMA melibatkan kolaborasi antara tim desain, manufaktur, dan perakitan. Ini meningkatkan komunikasi dan pemahaman antara departemen yang berbeda. Dalam pengembangan produk baru, tim yang berkolaborasi dengan baik sangat penting. Melibatkan tim yang beragam sejak awal, termasuk desain, manufaktur, dan perakitan, dapat membantu memastikan keberhasilan proyek.
- Pengendalian Biaya: DFMA membantu mengidentifikasi komponen atau proses yang mungkin mahal dalam produksi dan merancang ulang mereka untuk mengurangi biaya. Dalam pengembangan produk baru, pengendalian biaya sangat penting. Dengan mempertimbangkan aspek DFMA, perusahaan dapat merancang produk yang lebih terjangkau untuk diproduksi dan dijual.
- Peningkatan Kualitas: DFMA membantu mengidentifikasi potensi masalah kualitas yang dapat terjadi selama produksi. Dengan merancang produk dengan pertimbangan manufaktur dan perakitan, perusahaan dapat meningkatkan kualitas produk dan mengurangi risiko cacat.
Silahkan baca artikel Design for Manufacturabilty and Assembly. Artikel ini dapat membantu Anda mempelajari lebih lanjut tentang konsep DFMA. Anda juga bisa mengetahui manfaatnya pada pengembangan produk baru.
Kesimpulan
Pengembangan produk adalah proses inovatif yang bertujuan menciptakan produk bernilai tambah bagi pengguna. Proses ini melibatkan sejumlah tahapan, mulai dari konsep desain hingga transfer desain ke produksi. Kesuksesan dalam pengembangan produk dipengaruhi oleh kualitas , biaya dan waktu yang diperlukan untuk menghadirkannya di pasar. Pentingnya melibatkan manufaktur dan stakeholder sejak awal dalam proses pengembangan produk untuk menghindari masalah dan meningkatkan efisiensi.
Dimensi kualitas produk yang harus dipertimbangkan mencakup kinerja dan fitur. Kehandalan dan kesesuaian dengan standar juga penting. Ketahanan dan kemudahan pelayanan purna jual tidak boleh diabaikan. Tampilan dan kesan kualitas juga merupakan pertimbangan utama. Selain itu, keekonomian produk juga penting, dengan biaya pengembangan produk berperan besar dalam menentukan biaya produk akhir.
Inovasi adalah kunci untuk mendapatkan daya saing di pasar, dan pengembangan produk harus dilakukan secara berkelanjutan. Tahapan pengembangan produk yang terstruktur melibatkan konsep desain, perencanaan desain, pengembangan desain, verifikasi desain, validasi desain, dan transfer desain. Setiap tahapan memiliki peran penting dalam memastikan produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan standar yang telah ditetapkan.
Rangkuman artikel pengambangan produk baru bisa dilihat di slide berikut:
Referensi
- Ulrich, K, “Product Design And Development”,
- Boothroyd, G., Dewhurst, P., Knight, W., “Product Design for Manufacture and Assembly, 3nd Edition”, CRC Press, New York, 2011
- Chang, Guanghsu A., Peterson, William R., “ Using Design For Assembly Methodology To Improve Product Development and Design Learning at MSU”, American Society for Engineering Education, 2012
- Kurowski, Paul M., Knopf, George K., “Educating Engineers about Product Design Methodology”, https://www.researchgate.net/publication/252218737_Educating_Engineers_about_Product_Design_Methodology
- Charles Anson et al, “Desain dan pembuatan alat penggiling daging dengan quality function deployment”, Jurnal Teknik Industri Vol. 8, No. 2, Desember 2006: 106-113, http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=IND
- Rosnani Ginting, Amir Yazid Ali, “ TRIZ or DFMA Combined With QFD as Product Design Methodology: A Review “, Pertanika J. Sci. & Technol. 24 (1): 1 – 25 (2016)
- Jahangir Yadollhi Farsi, Noraddin Hakiminezhad, “The integration of QFD Technique, Value Engineering and Design for Manufacture and Assembly (DFMA) during the Product Design Stage”, Advances in Environmental Biology, 6(7): 2096-2104, 2012, ISSN 1995-0756